Kamis, 12 Juli 2012

CARA BELAJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI




Mencari bahan belajar kimia atau pun bahan belajar mata kuliah lainnya, sekarang menjadi hal yang mudah, berbeda dengan jaman dulu, dimana guru atau dosen menjadi pusat/sumber ilmu pengetahuan. Sekarang bahan belajar bisa di peroleh dari mana saja, tinggal klik, kita akan mendapatkan informasi apa yang kita inginkan.

Diera kakek buyut kita, dimana buku bacaan sulit diperoleh bahkan buku tulispun tidak ada sehingga mereka menggunakan batu tulis untuk mencatat apa yang dipelajari di sekolah. Sepanjang sekolah tidak ada catatan yang dapat disimpan lama, karena batu tulis yang mereka gunakan harus segera dihapus untuk pelajaran berikutnya, akibatnya menghapal pelajaran adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Apa yang dipelajari sekarang harus dihapal sekarang, tidak ada bahan catatan yang dapat di baca dirumah, tidak ada buku bacaan, satu-satunya sumber ilmu adalah guru, karena guru sajalah yang mempunyai buku.

Jaman telah berubah, era digital dan internet telah merakyat hinga kekalangan rakyat biasa. setiap orang punya akses pribadi ke internet, dengan biaya internet yang murah ditambah komputer yang murah juga, menjadikan hampir semua kalangan masyarakat terhubung ke internet.

Di jaman internet ini pola pembelajaran berubah, dari jaman guru nulis dipapan tulis, berubah ke jaman plastik transparan, kemudian berubah ke proyektor. Bahan ajar yang berupa catatan berubah ke power point, sekarang berubah lagi, dimana guru tidak lagi membuat power point tapi langsung merujuk ke web nya langsung. Ujiannya pun berubah, dari ujian berbasis hafalan dan tertulis, berubah menjadi ujian open book berbasis penyelesaian masalah, sekarang ujiannya sudah berbasis open web, mahasiswa dipersilahkan untuk mencari informasi selengkapnya di web. Tipe soal ujiannyapun berubah, jaman kakek kita dulu ujian berbasis hafalan, karena pada masa itu memang buku sangat jarang sehingga siswa diwajibkan menghafalkan semua informasi yang diperoleh. Sekarang semua informasi ada ditangan, apa yang ingin kita ketahui bisa kita cari di perangkat HP kita. Akibatnya ujian berbasis hafalan sudah tidak tepat lagi, mahasiswa dituntut memiliki kemampuan mencari informasi terbaru di internet dan merangkumnya menjadi suatu saran untuk sebuah penyelesaian masalah.

Bahan ajarpun tidak seperti dulu lagi ada bab 1, bab 2, bab 3 dst. Bahan belajar dikelompokan berdasarkan masalah kekinian dilengkapi dengan link-link web yang menjelaskan konsep dasar atau teori yang mendukung untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya bahan bisa ribuan halaman jumlahnya, mahasiswa dituntuk membaca puluhan artikel dasar teori yang mendukung, dan puluhan artikel hasil penelitian terbaru yang mendukung untuk setiap kelompok permasalahan. Bila dihitung halamannya jumlah halaman artikel yang harus dibacata setiap kelompok permasalahan dapat mencapai ribuan halaman. Jelas tidaklah mungkin bila menuntut mahasiswa untuk menghafal setiap informasi yang dibaca. Pada kasus ini mahasiswa diminta cukup membaca dan memahami saja, pada saat ujian nanti yang terpenting mahasiswa tahu mencari data pendukung dimana dan dapat mejawab soal ujian dengan memberikan saran yang sebenar-benarnya yang dilengkapi dengan data-data pendukung terbaru.

Untuk sistem penilaian, tidak ada standar jawaban yang benar, sistem penilaian bersifat relatif, jawaban yang paling benar itulah yang mendapatkan nilai tertinggi. Contoh kasus misalnya jelaskan mengapa mobil dapat berjalan melebihi kecepatan 100 Km/Jam. Dari soal ini setiap mahasiswa pasti menjawab dengan benar, namun kedalaman dalam penjelasan setiap mahasiswa berbeda-beda, akan terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara mahasiswa yang sering membaca dan tidak.

Dalam menyampaikan informasi dikelas, seorang guru tidak lagi mengajar kepada murid-muridnya, tapi yang dilakukan adalah membelajarkan murid-muridnya, ibarat seorang pelatih bela diri, yang harus berlari keliling lapangan adalah murid-muridnya bukan gurunya. Guru hanya memberikan instruksi untuk berlari, melompat, berguling dll kepada muridnya, dan muridnyalah yang melakukan bukan gurunya. Di dalam kelas sebisa mungkin muridlah yang paling aktif, guru hanyalah membimbing dan mengarahlkan, apa-apa saja yang harus dilakukan oleh murid. Tugas guru adalah memperbaiki apabila adayang salah dalam konsep berfikir murid-murid dalam menyerap informasi. 

Diskusi tidak hanya dilakukan didalam kelas, diskusi bisa dilakukan lewat email, atau group Facebook yang dibuat bersama-sama khusus satu kelas. Tugas-tugas pun dapat diberikan lewat facebook, bahkan apabila seorang guru menemukan informasi menarik yang terbaru di internet, informasi itu dapat langsung di link kan ke facebook sehingga murid dapat langsung membacanya, kemudian di pertemuan kelas tinggal mendiskusikannya.

Demikian, sekedar berbagi pengalaman semoga tulisan ini dapat menambah masukan baru bagi para pengajar dan pembelajar, semoga bermanfaat.